Ketika Koruptor Menjadi Cita-cita Agus


“Saya ingin jadi Batman biar bisa terbang,” Dewi

“Saya ingin jadi Rossi, aku ingin bawa motor pua’ balapan,” Ferdi

“Saya ingin jadi Guru,” Salwa

“Saya ingin jadi Polisi biar sering muncul di TV,” Ari

“Saya ingin jadi Dokter kayak tanteku biar bisa bantu orang sakit,” Mina

“Saya ingin jadi Tentara saja kak,” Lulu’

“Saya ingin jadi ibu biar bisa ngurus adik sama masak untuk pua’,” Nita

“Saya ingi jadi Power Rangers,” Icha

“Saya ingi jadi penjual kayak mama,” Payyu'

“Saya ingin jadi Guru kayak Salwa,” Reza

“Saya ingin jadi bos,” Nono

Saya ingin jadi artis,” Linda

“Saya ingin punya mobil,” Lina

“Saya ingin jadi kepala sekolah,” Putri

“Saya ingin jadi Koruptor biar punya banyak uang,” Agus

“Sekarang kakak mau kasi tahu soal bagaimana kalian bisa capai cita-citanya, tapi sebelumnya kakak kasi ini (Ikat Kepala) nanti kalian isi dengan nama dan cita-citanya ya,” kataku sambil membagikan ikat kepala berbahan kertas merah putih yang saya kerjakan bersama teman-teman fasilitator SDN 15 Belalang.

Sebelum kelas di mulai, saya menyetel lagu mulailah dengan gemar membaca ciptaan Abu Ayyub dan Ally.


Mulailah dengan Gemar Membaca

Aku kamu dan kita semua bangga jadi anak Indonesia

Giat belajar, riang gembira, cerdaskan bangsa dengan gemar membaca

Oooo (Ayoo kita membaca)

Aku kamu dan kita semua masa depan tuk ibu pertiwi

Bergandeng tangan seiring sejalan ikut berbakti dengan gemar membaca

Gapai citamu wujudkan semua mimpimu

Mau jadi dokter ya rajin membaca

Mau jadi pilot ya tekun membaca

Mau jadi guru ya selalu membaca

Mulailah dengan gemar membaca

Mau jadi presiden ya rajin membaca

Jadi arsitek ya tekun membaca

Jadi pengusaha  ya selalu membaca

Semua kan tercapai  dengan gemar membaca

Tuntulah ilmu agar hidup bahagia sejahtera masa depan kita

Yakinkan hatimusertakan do’amu

…….

Anak-anak kelas 4 SDN 15 Belalang itu saya ajak berdiri menikamti lagu sambil mengelilingi ruangan dengan tangan di pundak teman, ya butuh sedikit strategi untuk menaklukkan anak-anak apalagi untuk menarik mereka terbuka ke kita yang baru saja mereka kenal. Ini juga untuk menangkan kepala ku yang dari tadi memikirkan cita-cita Agus.

“Saya ingin jadi Koruptor biar punya banyak uang,” adalah kalimat yang dari tadi gentayangan di benakku. Bagaimana anak sekecil Agus bisa bercita-cita dari menjadi seorang koruptor ? rasa penasaran itu menuntunku meminta mereka menjelaskan kenapa mereka memilih cita-cita itu, selain untuk menjawab rasa penasaranku ini juga agar saya tahu bagaimana saya bisa membantu mereka mencapai cita-citanya, ya dalam lagu tadi memang dimulai “dengan gemar membaca” tapi membaca saja tidak cukup.

“Siapa yang berani duluan ngasih tahu kakak kenapa mau jadi guru, dokter, tentara, ayoo siapa ? yang berani maju duluan kakak kasi balon,” anak-anak biasanya kalau diiming-imingi hadiah selalu semangat.

“Saya ingin jadi Polisi biar sering muncul di TV,” Ari, “kak saya mau jadi Polisi biar masuk TV dan bisa tangkap penjahat, mamaku kalo di rumah suka nonton berita terus banyak polisi di TV bawa tembak (pistol) sambil kejar-kejar penjahat,” Ari bercerita sambil memperagakan seorang Polisi yang sedang menyiapkan pistol dan hendak menembak seorang temannya.

“Hebat sekali, nah jadi Ari kalau mau jadi Polisi apa yang harus dilakukan,” tanyaku sambil menunduk memegang pundaknya. Ari hanya tersenyum malu mendengar pertanyaanku.

Icha, “Saya ingi jadi Power Rangers kak biar bisa kalahkan monster kalo ada yang muncul di bumi,” berbeda dengan Ari, Icha cerita dengan nada ragu. Icha pasti suka nonton Power Rangers sampai bercita-cita menjadi seorang penyelamat Bumi.

“Sekarang kakak mau Agus maju ke depan, kalau mau cita-citanya tercapai kita harus berani, ayo Agus sini sama kakak,” Agus berjalan ke arahku dengan sambil tersenyum lebar.

“Nama saya Agus Salim, dipanggil Agus sama teman-teman, saya mau jadi koruptor kak biar punya banyak uang, bisa beli mobil, rumah besar, bisa beli kue banyak, beli baju sama sepatu baru, terus beli banyak mainan, nanti kalau Agus jadi koruptor teman-teman Agus belikan kue sama mainan yang banyak” kata agus sambil perlahan membelakangi temannya hingga akhirnya Agus menghadap ke papan tulis.

“Agus tahu koruptor darimana sayang ?, koruptor itu tidak baik loh Agus anak pintar tidak boleh jadi seorang koruptor,”  tanyaku sambil membalikkan badan Agus.

Ka… kak.. kakku kak, di rumah selalu bilang ada orang korupsi, bawa uang banyak naik peswat, pindah-pindah rumah terus karena banyak uangnya,” Agus menjawab dengan suara yang hampir tidak terdengar.

“Agus tahu tidak kalau jadi koruptor itu akan ditangkap sama polisi, karena koruptor itu sama kayak pencuri. Nanti kalau Agus jadi kruptor Ari sama Lulu akan tangkap Agus terus dipenjara,” aku sedikit menakut-nakuti Agus.

Agus adalah satu diantara banyak anak di negeri ini yang bercita-cita salah, saya percaya baik Agus maupun yang anak lainnya bercita-cita bukan karena pengetahuan mereka tentang cita-cita itu, tapi karena mereka mendengar sebuah profesi dari orang lain atahupun TV jadinya mreka ikut-ikutan ingin menjadi seperti apa yang mereka dengar.

Untuk kasus Agus, hal serupa pernah saya dengar dari seorang pendongen keliling asal Yogyakarta, Rona Mentari namanya. Rona Mentari juga pernah mendapati seorang anak yang ingin menjadi koruptor dengan alasan koruptor sering masuk TV, punya mobil banyak, dijaga sama polisi kemana-mana. Agus dan anak yang Rona Mentari temui tidah bercita-cita menjadi koruptor karena mereka hanya mendengar tanpa paham kenapa.

Pada prosesi cita-cita Agus ditemani kak Mifta, fasilitator tim kami.  Anak-anak itu kini berada di lapangan sekolah dengan masing-masing balon di tangannya, balon itu adalah simbol mimpi yang sebentar lagi akan kami terbangkan, terbang tinggi setinggi mimpi anak-anak di SDN 15 Belalang ini.

Saya sengaja meninggalkan lapangan dan menuju ke pohon cita-cita dimana cita-cita dari semua murid di sekolah ini ditempelkan dengan kertas bergambar burung dan bunga. Mereka banyak yang bercita-cita menjadi guru, polisi, tentara dan dokter, hal ini wajar mengingat profesi itu yang akrab dengan anak-anak di sekolah ini.

Mataku tertuju pada burung cantik berbulu kuning yang di tempelakn di ujung kakan atas pohon cita-cita. Di sana tertulis “Agus Salim, Polisi dan Tentara” begitu cepat Agus mengganti cita-citanya, anak-anak memang tertarik dengan sesuatu yang terdengar bagus dan akan menjauhi yang terdengar buruk. Terima kasih Kelas Inspirasi Majene telah mempertemukanku dengan Agus dan mengubah cita-cita Agus menjadi Polisi dan Tentara., semoga Agus tumbuh menjadi seorang anak yang berbakti untuk Negara kita, Indonesia !


Catatan perjalan: suatu hari di 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Bagaimana St Hartina Menjadi Identitasku

Celoteh Maya Gita: Hai diriku !

Mengapa Harus Menginspirasi ?