Rini yang Bukan Siapa-siapa
Dwi
Arini Zadri, nama yang disematkan sepasang malaikat tak bersayap belasan tahun
lalu untuk seorang anak perempuannya
yang kini beranjak dewasa. Rini, orang-orang memanggilnya Rini, Rini
menjadi sematan do’a dan harapan terindah
sepanjang perjalananya di bumi ini dan
akan jadi bekal baginya di akhirat kelak. Rini seorang gadis berkaca mata
dengan sepasang lesun pipi yang terlampau manis dipandang mata apalagi dikecap
lidah adalah seorang gadis yang inovatif, kedua tangannya paling bisa menyulap
barang-barang bekas menjadi suatu karya yang apik dipandang mata.
Menjadi
salah seorang relawan fasilitator di Kelas Inspirasi Majene bukan keinginannya,
Rini sekedar ikut-ikutan. Rasa sungkan dan tidak enakan menjadi masalah yang
complicated baginya, beberapa pekan sebelum pelaksanaan Kelas Inspirasi Majene Rini diajak seorang
seniornya bernama Sumarni Mursalim menjadi salah seorang relawan Kelas
Inspirasi Majene. Seperti biasa Rini mengiakan ajakan Sumarni walau Rini belum
tahu apa itu Kelas Inspirasi. Di kepalanya hanya ada kata “relawan” sebab
ayahnya adalah seorang relawan disalah satu instansi pemerintahan dan ayahnya
mendapatkan penghasilan dari sana.
“Untuk
menjadi seorang relawan pengajar Kelas Inspirasi, mereka harus siap mengambil
cuti untuk hadir dalam kegiatan nanti, minimal memiliki penglaman 2 tahun kerja
di profesinya masing-masing, profesi apapun bisa jadi relawan pengajar pengajar
Kelas Inspirasi karena tujuan kita memang memperkenalkan berbagai profesi ke
anak-anak, jadi cita-citanya bisa meluas, tidak jadi guru, polisi, tentara,
atau dokter terus. Ya biar anak-anak kenal sama cita-citanya lebih jauh juga
sih, soalnya banyak anak-anak yang mau jadi ini itu tapi alasannya salah,
contoh saja ada yang mau jadi dokter biar bisa bantu orang melahirkan atau mau
jadi tentara biar bisa ikut ayahnya ronda kampong malam-malam, mereka salah
paham dengan profesi dan tugas fasilitator adalah memfasilitasi relawan
pengajar pada saat persiapan dan hari H inspirasi sedang relawan dokumentator
ya tugasnya mengabadikan moment-moment inspiratif di hari H nanti, sampai
disini teman-teman paham ?,” jelas kak Ifan, salah seorang pengajar muda
Indonesia Mengajar yang menjadi tim inti pelaksanaan kelas inspirasi Majene. Mendengar
penjelasan itu Rini sedikit memahami alur kelas inspirasi, persiapan demi
persiapan telah selesai hingga akhirnya pembagian team fasilitator beserta
relawannya.
Dari
10 sekolah sasaran Rini ditempatkan di SDN 59 Limboro, Tande bersama dengan
Marni, Alam dan Ifhan sebagai
fasilitator, selain itu ada 6 orang relawan pengajar dengan profesi dan daerah asal
yang berbeda, serta seorang vidiografer. Pertama kali Rini kolaborasi dengan
orang-orang baru dari daerah yang berbeda membuat seorang Rini sedikit ragu tapi tertantang, Rini harus
membuang jauh kebiasaannya yang sedikit sabar dan menjadi seorang Rini yang
sangat peduli dengan setiap orang, menjadi seorang yang ingin tahu semua
tentang relawannnya karena baginya akrab adalah kunci dari sinergitas antar
relawan dan tujuan mereka tercapai.
Di
dunia ini memang tidak ada yang sempurna, terkadang manusia merencanakan A
namun yang terjadi adalah B, hari itu dua orang relawan di sekolah Rini
berhalangan hadir dengan berbagai alasan urgent, sala seorang diantaranya relawan
pengajar dan seorang lainnya relawan
dokumentator. Sebagai seorang fasilitator Rini dan teman-temannya harus
memastikan semua berjalan sesuai rencana walau harus ada pergantian pemain.
Pergantian
pemain, Marni mengambil peran sebagai relawan dokumentator dengan pertimbangan Ia
adalah seorang desainer dan salah seorang member komunitas forografer juga
sedang Ifhan adalah pengajar muda dengan segudang pengalaman tentang inspirasi.
Rini calon mahasiswa yang pernah menjadi tentor bahasa Inggris di salah satu
lembaga kurus di Kampung Ingris Pare, Kediri selama beberap bulan jelas
membuatnya tetap berperan sebagai fasilitator. Seketika jantung Rini berdetak
tidak karuan ketika Ifhan memintanya
menggantikan relawan pengajar yang batal hadir, Rini tidak tahu banyak
bagaimana cara menginpirasi anak-anak, bagaimana Rini harus berhadapan dengan
anak SD apalagi untuk semua kelas, Rini tidak begitu banyak pengetahuan soal
games inspiratif untuk menghibur anak-anak, pengalaman Rini hanya mengajar
bahasa Inggris dan muridnya bukan anak SD.
Hari itu hari Sabtu dipilih jadi
hari pelaksanaan dengan pertimbangan banyak profesi yang libur di hari sabtu
jadi mereka hanya akan mengambil cuti di hari Jumat untuk perjalanan ke Majene,
hari itu memang Sabtu tapi siswa berdatangan ke sekolah dengan seragam merah
putih, Rini dan teman-temannya sengaja meminta sekolah menginstruksikan
deimikian ke siswa-siswinya untuk mempecantik dokumentasi dan agar membakar
semangat merah putih dalam diri setiap orang yang terlibat di hari itu. Rini
dan teman-temannya sedari pukul 6 pagi tadi di sekolah menghias ruangan dan
mempersiapkan acara sambutan untuk siswa-siswi SDN 59 Limboro. Setiap anak
mendapatkan bendera merah putih dan diikatkan tali merah putih di lengan
kanannya sedang para relawan terlihat gagah mengenakan uniform profesi
masing-masing, kecuali Rini yang mengenakan baju official kelas inspirasi
Majene.
“Bismillah, kamu bisa Rin, buat
mereka ingin jadi kamu, dengan itu kamu berhasil menginspirasi” ucap Rini dalam
hati. Kelas dimulai dengan para relawan mengajak siswa ke kelas dengan bermacam
cara, Rini melihat relawan yang lain tampak menyanyikan lagu sambil menujun
kelas, ada juga yang main ular-ular sampai ke kelas, Rini sedikit cemas
kehilangan akal bagaimana Rini harus membawa siswa-siswi itu ke kelas, matanya
tertuju pada anak-anak bebek yang bermain di samping gedung sekolah.
“Adik-adik
kita masuk kelas dengan gaya bebek ya, ikutin gaya kak Rini ya,” Rini patut
berterimakasih kepada bebek-bebek tadi.
“Wekk
wekk wekkk….,” suara ramai siswa siswi kelas 6 ke kelas dengan Rini.
“Perkenalkan nama
kakak Rini, kakak adalah guru bahasa Inggris, ada yang mau jadi guru disini ?, Memperkenalkan
diri dan profesi adalah hal yang pertama dilakukan Rini di kelas, mendengar
Rini anak-anak itu diam seperti gaya mahasiswa saat mengikuti seminar wajib dar
dosennya.
Rini merasa tertantang membuat
siswa-siswi itu aktif dalam kelas dan membuatnya ingin jadi guru bahasa Inggris.
Rini memecah hening dengan mengajak siswa-siswi main games selama beberapa
menit, dengan mendekati siswa-siswi sambil bercerita tentang film-film kartun
dan cerita-cerita bule berkulit putih yang sering muncul di TV menggunakan
bahasa Inggris perlahan Rini telah berhasil mengambil perhatian siswa-siswi di
kelas itu.
“Kalau kita bisa
bahasa Inggris mau kemana saja bisa, bisa ke luar negeri tempat power rangers
tinggal, mereka tidak tau bahasa Indonesia apalagi Mandar, yang mereka tahu itu
bahasa Inggris jadi kalau kalian mau bebas kemana-mana dan bicara siapa saja
kalian harus bisa bahasa Inggris….,” Rini beradaptasi dengan sangat cepat.
”Jadi siapa yang
mau jadi guru bahasa Inggris ?,” tanya Rini sambil mengangkat tangan, di luar
dugaan Rini, sebanyak 17 siswa di kelas itu mengangkat tangannya, ada yang
sambil berdiri, duduk ada juga yang teriak “saya”.
Kelas pertama Rini sangat
menyenangkan dan menjadi sumber energy Rini ke kelas selanjutnya hingga Rini
tiba di kelas 1 dan 2. Rini memandangi siswa-siswi itu satu persatu ambil
tersenyum haru, perasaannya mulai mengawan melihat anak kecil dan lucu di kelas
itu, pikirnya anak-anak-itu seharusnya masih di bangku TK. Berbeda dengan kelas
lainnya, Rini mengajak kelas 1 dan 2 main games dan bernyanyi, Rini membawa
dirinya kembali kemasa kecil dan bermain dengan mereka tanpa lelah.
Game over, semua kegiatan di SDN 59
Limboro berakhir. Mata Rini berbinar, bola matanya begitu indah, menggambarkan
cinta dan candu akan manisnya dunia kerelawanan. Bibir atas dan bibir bawahnya
sedari pagi tadi hampir tidak pernah bersentuhan lantaran senyum yang tidak
berkesudahan Rini berikan ke setiap orang yang Rini temui, betapa energy
positif telah menguasai dirinya. Rini tidak menyangka dirinya yang bukan
siapa-siapa dapat memberikan inspirasi ke orang lain, bukan seorang dengan
profesi menarik, bukan seorang sarjana, jutawan, atau profesi bergengsi tapi
seorang gadis yang sedang mengadu nasib untuk mendapatkan gelar mahasiswa
phisokology di kampus impiannya, dengan berbekal pengalaman menjadi seorang
tentor Rini menjadi inspirator untuk pertama kalinya. dari seorag Rini, selain
menjadi inspirator muda di kelas inspirasi Majene mendapatkan teman baru dengan
berbagai latar belakang profesi dan daerah asal adalah suatu kesyukuran yang
patut Rini panjatkan.
Rini
bukan hanya memberi inspirasi tapi menerima inspirasi dari setiap relawan yang
hadir waktu itu, dengan penuh cinta, perjuangan hingga pengeluaran materi dari
setiap relawan membuat Rini takjub. Sebelumnya Rini tidak percaya ada seseorang
yang mau melakukan sesuatu tanpa dibayar walaupun itu relawan, ayahnya adalah
salah seorang relawan di instansi pemerintahan tapi ayahnya mendapatkan
penghasilan dari sana, dimata Rini selalu anggaran walaupun itu adlah relawan
hingga akhirnya Rini melihat bagaimana setiap relawan kelas inspirasi Majene
menginspirasi dengan sukarela tanpa bayaran sepeserpun, para relawan berasal
dari tempat yang berbeda, kota yang berbeda, hingga provinsi dan pulau yang
berbeda dan semuanya sukarela.
Seperti
kata Anies Baswedan “Relawan tidak dibayar bukan karena mereka tak bernilai
tapi karena mereka tak ternilai”, Rini kini mengerti dan merasakan hal itu,
betapa berharga dan muliahnya seorang relawan yang dengan apapun tidak akan
bisa dibayar selain dengan kesuksesan dan membesarkan negara ini, Indonesia
adalah alasan setiap orang termasuk Rini memilih menjadi seorang relawan dan
senyum anak-anak di setiap sekolah adalah cinta dan candu yang menjadi
oleh-oleh setiap orang kembali ke daerahnya.
“Setiap
orang tidak harus menjadi sukses, menjadi jutawan, memiliki jabatan dan pangkat
untuk menginspirasi, setiap orang hanya butuh keberanian, semangat dan rasa
peduli yang menyatu dalam cinta berkedok candu” dari seorang Rini yang bukan
siapa-siapa dan menyimpan rindu tak terbendung untuk Kelas Inspirasi Majene.
Catatan: Cerita kak Rini pada 2020 lalu ke saya, cerita ini tentu sedikit dipoles.

Komentar
Posting Komentar