Redahnya Hujan adalah Derasnya Rinduku
Siang ini, tepat di pojok kanan sofa rumahku, mataku tertuju pada celah jendela menatap tajam pada rintik hujan yang turun silih berganti tanpa mampu ku hitung jumlahnya. Ah sial, detak jantungku mulai tak karuan, ia tidak ingin kalah dengan rintik hujan, iapun ingin membuktikan keberadaannya yang sama tak terhitung detaknya saat namamu memenuhi ruang fikirku. Denting jam dind-ding pun ikut beraduh, seketika hujan menjadi ajang kompetisi antara pikir dan hatiku, denting jam dan hujan pun detak jantung yang mulai meresahkanku. Ah perasaan apa ini, jujur aku tidak menyukainya, sebab yang ku sukai hanya berada di sampingmu dan semua rasa ini akan hilang. Tak terasa, sudah berjam-jam ku fokuskan pandanganku dicelah jendela yang sama. Hujan mulai redah sememtara rinduku semakin deras. Hei kamu, tolong siapkan perahu atau tidak ban dalam mobil untuk kamu jadikan pelampung bila nanti rinduku menjelma banjir. Jika bisa memilih, aku tidak ingin kamu tenggelam oleh rinduku, aku hanya ...