Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19
Ramadan merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam, dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia dengan puasa dan memperingati turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW.
Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga dan wajib dijalankan. Ramadan biasanya berlangsung selama 29–30 hari berdasarkan pengamatan hilal dan menurut beberapa aturan yang tertulis dalam hadits.
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah/2: 183)
Ramadhan 1441 H / 2020 M adalah Ramadhan ke-24 sejak Allah SWT meniupkan ruh dalam diriku melalui Malaikat al-Arham. Tahun 2020 adalah Ramadhan ke-13 makan siang menjadi hal yang sangat ku takuti, marah, dan nangis, takut memakrukan hingga membatalkan puasa yang ku jalankan dengan niat semata-mata memenuhi rukun Islam yang ke-3.
Sebagaimana dalam Dalil Hadis
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: بُنِيَ الإِسْلامُ عَلى خَمْسٍ: شَهادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقامِ الصَّلاةِ وَإِيتاءَ الزَّكاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري)
Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima (pondasi), yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.” (H.R. Al-Bukhari).
Saya tidak memiliki alasan lain menjalankan puasa selain itu, hingga pada waktu saya lulus SMA di tahun 2014 dan ingin melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi saya memutuskan untuk merantau jauh dari keluarga, saat itu saya mulai paham kenapa kemudian kita harus berpuasa, ada kenikmatan dan rasa syukur yang tak terjabarkan dari semua itu, jangan sampai nikmat-Nya menjadi musibah.
Abu Hazim mengatakan,
كل نعمة لا تقرب من الله عز وجل، فهي بلية.
“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” (Hilyatul Awliya’, 1: 497).
Dari situ saya mulai mengkaji jauh tentang puasa dan hal lain tentang Islam, betapa bersyukur saya lahir dari keluarga Islam. Dilahirkan oleh sepasang kekasih yang menjadi guru ngaji sejak saya belum lahir seharusnya membuat saya jatuh sejak kecil dalam ketaatan, tapi tidak ada yang harus disesali, Allah dengan rencana-Nya dan manusia dengan pilihannya. Bukankah Allah sudah berjanji "Tidak akan berubah nasib seseorang kecuali dia yang merubahnya". Dan ku temukan diriku.
Tentang Ramadhan, jika sebelumnya Ramadhan kita lalui dengan menjalankan ibadah Tarawih di Masjid, berbagi takjil pada yang membutuhkan, buka puasa bersama di Panti Asuhan, Kampus, ataupun Cafe dengan rekan se-Muslim, maka tahun pada 1441 H ini menjadi Ramadhan pertama untuk tidak melakukan semua itu pada tempatnya. Ya pada tempatnya, Masjid ditutup, rumah makan ditutup, Panti Asuhan tidak menerima kunjungan atas anjuran Pemerintah dan menjaga diri agar terhindar dari virus.
Meski Masjid tetutup bukan berarti Ramadhan akan ditunda atau ibadah harus dibatalkan akibat mewabahnya covid-19, disini saya menemukan nikmat yang sebelumya tidak saya dapatkan.
Ibnu Taimiyah berkata,
وَأَنَّ الشُّكْرَ يَكُونُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ
“Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.” (Majmu’ Al Fatawa, 11: 135).
Pertama, meski Masjid tertutup kita bisa melaksanakan semua ibadah Ramadhan di rumah, disini saya menantang diri saya menjadi seorang Muslim yang terdorong dari hati, bukan dari ajakan.
Kedua, Rumah makan ditutup. Sebelumnya selalu saja phoneku berdering dengan text "Sudah jam 5 lewat, buka puasa dimana nak?" pada Ramadhan tahun ini tidak ada text demikian, dan betapa hangat ternyata mempersiapkan menu berbuka puasa dengan ibu, atur selera mau buat kue dan lauk apa. Ini adalah kenimakatan tersendiri dari Ramadhan dan tidak bisa kita pastikan akan sampai kapan kita lalui dengan ibu.
Ketiga, ada rasa yang tidak terjabarkan di Ramadhan tahun ini, sebuah rasa yang terus menggetarkan antara resah dan bahagia atas apa yang sedang menimpah seluruh manusia di seluruh belahan bumi, tidak hanya umat Islam.

Komentar
Posting Komentar